_SJ
Troublemaker_
Main
Cast:
Kim
Heechul as Super Junior Heechul
Readers
as Jung Jiyoung
Additional
Cast:
Lee
Donghae, Lee Hyukjae, and Cho Kyuhyun as Super Junior member
AC
as Kwon Jung Ah
AC
as Lee Junghyun
Author:
‘SJ 49 Days’, ‘SJ Bitter Sweet Love’ and ‘Lovely Nightmare
series’ maker
Genre:
Romance 15
Point
of View: Jung Jiyeong as 1st
person
Disclaimer:
This is my original FF. NO COPAS, NO PLAGIARISM, and NO BASH! This is
pure fiction, if any resemblance of another fact story or fiction,
is pure coincidental. Kim Heechul and all of Super Junior’s member
here is just my main cast, so NO BASH!
Inspiration:
Troublemaker Music Video by Hyun Ah-Hyunseung
Quotes:
“I still don’t know what i’ve to say when i see you. Would i
ask are you okay or i love you and stop hanging with another woman,”
Story:
Aku Jung
Jiyoung. Aku membenci hal-hal mengerikan. Tapi bahkan sekarang aku
mengalami hal yang lebih mengerikan dibanding mengerikan. Menangis
memalukan. Ditengah jalan. Tanpa tahu harus kemana. Hanya karena
namja bodoh yang satu itu.
Kereta
terakhir telah berangkat. Stasiun juga sudah tutup. Tengah malam.
Sendiri. Ditengah-tengah udara bersalju. Aku bahkan meninggalkan
mantelku di rumahnya. Hah! Dasar bodoh. Melupakan hal penting hanya
karena ucapan-ucapan bodohnya.
Jalanan
kosong. Tentu saja. Tengah malam dengan udara bersalju, hanya orang
bodoh yang mau keluar rumah seperti ini. Aku terus saja berjalan
tanpa mempedulikan apakah aku akan sampai kerumah, atau apakah aku
akan mati kedinginan disini. Bodoh. Sangat bodoh.
Rasa sakit
menusuk karena cuaca dingin malam ini, begitu menusuk tulang dan
sendi-sendiku. Aku bahkan hampir tak bisa merasakan apa-apa lagi.
Seluruh tubuhku mati rasa. Namun aku masih bisa merasakan mataku
memanas dan air mata terus saja mengalir. Rambutku dan darahku serasa
membeku, namun tidak dengan air mataku. Semua hal yang ada
disekitarku terlihat berkilauan dari mataku.
Tapi
kemudian sebuah mobil sedan silver berdiri didekatku. Seorang namja
tinggi berperawakan kurus keluar dari dalamnya. Mantel tebal dan
scarf besar menyelimuti tubuhnya. Dengan langkah panjang, ia
menghampiriku dan langsung menggapai tanganku. Aku menangkisnya,
namun laki-laki selalu lebih kuat dibanding kelihatannya.
“Berhenti!”
ucapnya.
“Lepaskan!”
teriakku.
“Kubilang
berhenti!”
“Kubilang
lepaskan!”
Ia
melepaskan genggamannya di tanganku dan menatapku miris. Sementara
aku menatapnya buram tertutup air mata yang hampir jatuh. Aku muak
dengan tatapannya yang seperti itu. Seolah aku ini wanita lemah yang
tidak bisa apa-apa dan akan selalu membutuhkan dia disampingku. Aku
tidak seperti itu. Aku tidak seperti itu.
“Aku tidak
seperti itu,” ucapku lirih, mungkin dia hampir tak mendengar
suaraku.
Dia hanya
menatapku makin tajam seolah mengatakan ia tak bisa mendengar
suaraku. Aku menunduk. Tak kuat menahan kemarahanku padanya.
“Aku tidak
seperti itu,” ucapku lirih lagi.
“Aku tidak
seperti itu, bodoh! Berhenti berpikir aku sangat membutuhkanmu dan
berhenti bersikap seolah kau satu-satunya yang aku butuhkan!”
Ia masih
menatapku miris. Saat seseorang berkata ia bodoh, ia akan berkata kau
siapa. Tapi saat ini, tampaknya ia tak punya cukup kosakata untuk
bertanya hal semacam itu padaku. Benar, seorang Kim Heechul, Super
Junior Heechul. Kim Heechul bukan satu-satunya yang aku butuhkan,
dasar bodoh!
Ditengah-tengah
diamku, tiba-tiba tangannya menggenggam tanganku dan menariknya. Ia
menarik tanganku dan berjalan dengan langkah panjangnya.
“Lepas!
Lepaskan aku!” aku berhasil melepas genggaman tangannya dan
berbalik kemudian beranjak cepat. Namun dengan langkah panjangnya ia
berhasil menggapaiku dan kembali menarik tanganku. Aku kesulitan
menyamai langkahnya.
“Lepas!
Lepas! Lepaskan aku! Ya Kim Heechul!! Lepaskan aku!”
Ia
menghentikan langkahnya dan hanya menatapku dengan tatapan dinginnya
sekilas. Aku tersentak dengan tatapannya, kemudian ia kembali
melangkahkan kakinya dan membawaku.
Ia membuka
pintu mobilnya dan melemparku kedalamnya. Ia menutup pintunya
keras-keras, dan ia bergegas ke pintu seberang lalu masuk ke dalam
mobil. Ia diam, tanpa berniat menyalakan mobilnya ataupun mengajakku
bicara.
“Kalau kau
tidak punya sesuatu untuk kau katakan, aku pergi,” kataku sambil
berniat membuka pintu, namun pintunya terkunci.
Ia masih tak
mengatakan apapun dan hanya diam menunduk.
“Aku
benar-benar akan menelepon polisi kalau kau masih menahanku disini!”
Ia kemudian
menggenggam lenganku kuat-kuat dan menatapku lurus. Ia mendekatkan
wajahnya ke arahku dan membisiki telingaku, “Ponselmu ada padaku,”.
Ia kembali
ke posisinya sementara aku masih syok sambil mencari-cari dimana
ponselku berada. Dia menarik nafas panjang dan kemudian menghembusnya
pelan-pelan.
“Kita
punya tempramen yang sama. Tapi bisakah kau mendengarkan kata-kata
orang yang lebih tua darimu? Hormati aku. Kau 5 tahun lebih muda
dariku. Bisakah kau setidaknya panggil aku dengan sebutan ‘oppa’?
Kau selalu memanggilku dengan sebutan ‘kau’. Seberapa besar kau
membenciku sebenarnya? Kau bahkan tak pernah mendengar omongan
seorang Kim Heechul. Katakan padaku, kau kekasihku atau bukan? Kenapa
kau begitu membenciku?”
Ia
mengejutkanku dengan kalimatnya yang tiba-tiba panjang dan ia
mengatakannya dengan penuh aura kesedihan sambil terus menunduk.
Apa aku
membencinya? Apa aku kekasihnya atau bukan? Kenapa dia tiba-tiba
mengatakan itu semua? Sebegitu besarkah ia menahan semuanya selama
ini? Nadanya yang biasanya keras dan sifatnya yang suka berteriak
itu, tiba-tiba saja jadi sedikit melow. Tunggu. Kau yang memulai
semuanya, Kim Heechul. Kenapa kau membohongiku? Aku menang. Tapi aku
menginginkannya karena usahaku. Kenapa kau membohongiku?
Ia tiba-tiba
memukulkan beberapa lembar kertas padaku. Aku hanya menatapnya tapi
ia terus menyodorkan kertas-kertas itu. Akupun menerima dan membaca
tulisan-tulisan di kertas-kertas itu.
“Apa kau
pikir aku punya hak veto begitu besar hingga aku bisa memenangkanmu?
Kontes Dance Cover itu dinilai langsung oleh Super Junior, itu bohong
besar. Ada juri-juri tersembunyi disana. Super Junior hanya bertugas
menyenangkan peserta. Lagipula 2 tahun yang lalu aku belum
mengenalmu, apa kau akan percaya begitu saja kalau ada orang yang
bilang kau menang karena aku bilang kau harus menang?”
Aku
memandangi kertas-kertas itu. Ada beberapa kriteria penilaian dan
nama-nama peserta disana. Benar. Nilai dari kelompok dance coverku
memang paling tinggi. Aku terkejut. Aku bersikap tidak baik padanya
hanya karena kesalah pahaman ini?
Kemudian ia
memelukku tiba-tiba. Erat dan semakin erat. Aku bisa merasakan
nafasnya yang menyentuh ke belakang leherku. Tubuhnya yang terlalu
hangat atau aku yang terlalu kedinginan?
“Bersikap
manislah dan panggil aku ‘oppa’,” ia membisiki tepat
ditelingaku.
Aku
tersentak. Bersikap manis bukanlah tipeku. Tapi demi menebus
kesalahanku, mungkin aku bisa menghiburnya sedikit.
“Ma-maafkan
aku, o-o-oppa,”
Kudengar
kekehan tajamnya. Entah ia melakukan itu karena merasa aku lucu atau
sikapku yang seperti itu justru tidak biasa dan mengganggunya? Ia
melepas pelukannya dan menatapku dengan senyumnya.
“Bad
girl,” katanya sambil menepuk pelan rambut poniku.
Geez! Apa
yang ia lakukan? Aku menuruti perkatannya dan kini ia menyebutku
sebagai Bad Girl? Dasar Kim Heechul babo!
“Aku tidak
akan menyebutmu ‘oppa’ lagi!” aku merajuk.
“Jangan
salah paham. Kau bad girl, karena saat kau bersikap manis, aku jadi
tidak bisa menahannya lagi,”
“Menahan
apa?”
Ia kemudian
menyentuh pipiku dan menatapku lurus, kali ini dengan sinar yang
lebih hangat. Aku hanya balik menatapnya. Tapi kemudian ia
memperkecil jarak antara wajahnya dan wajahku. Ia menyentuhkan bibir
lembutnya ke arah bibirku. Sekilas aku tak tahu apa yang terjadi
padaku tapi saat sadar, aku berusaha berontak atas apa yang ia
lakukan padaku. Namun kedua tangannya segara menggenggam kedua
tanganku kebelakang, hingga kedua tanganku bisa terpegang hanya
dengan satu tangannya. Dan satu tangannya lagi menahan di sekitar
pipi dan leherku. Dasar Kim Heechul babo suka mempermainkan orang!
***
“Kau sudah
baikan dengannya?”
Seseorang
tiba-tiba mengejutkanku dari belakang sambil merangkulku sepulangku
kuliah. Jung Ah. Selalu saja seperti ini.
“Apa?”
“Dia.”
“Dia
siapa?”
“Tentu
saja Kim Heechul, dasar babo!” katanya sambil memukulkan buku yang
ia bawa kepadaku.
“Apanya
yang baikan? Kami tidak punya hubungan apapun!”
“Aih,
dasar Jiyoung super babo!”
“Jangan
sebut aku babo, dasar babo!”
“Kau
memang babo! Kau tahu? Apa lagi? Ia selalu mengatakannya padamu,
bahwa ia menyukaimu! Kau ini babo atau tuli?”
Apa yang
sebenarnya dia coba katakan? Apa menurutnya aku tidak tahu apa-apa
tentang perasaanku? Aku tahu persis!
Tapi... Yang
semalam ia lakukan padaku... membuatku masih merinding. Kata-katanya.
Tangannya yang panjang. Jemarinya yang lentik. Dan suara berat yang
ia bisikkan kepadaku. Bad girl.
Apa yang sedang ia lakukan padaku semalam?
Dan
pertanyaan yang ia ajukan semalam.
“Seberapa
besar kau membenciku sebenarnya? Kau bahkan tak pernah mendengar
omongan seorang Kim Heechul. Katakan padaku, kau kekasihku atau
bukan? Kenapa kau begitu membenciku?”
Pertanyaan
itu masih teringat jelas dan terus saja menghantui kepalaku
semalaman.
“Kau
menyukai Kim Heechul! Kau mencintainya. Iya kan?” lagi, suara Jung
Ah memecahkan lamunanku.
“Apa yang
kau katakan!” aku mempercepat jalanku dan meninggalkan Jung Ah.
Aku
mencintai Kim Heechul? Apa yang dia bicarakan?! Dasar Jung Ah babo!
Disela-sela
lamunan dan langkah cepatku, kemudian seseorang dari dalam mobil
memencet klakson saat ia mobilnya persis ada disebelahku. Aku sempat
terkejut, namun kemudian kaca jendela mobil itu terbuka. Kim Heechul!
Aku merasakan ada hawa panas di sekitar pipiku. Orang ini. Baru saja
aku sedang memikirkannya.
“Jiyeong-ah!
Masuklah,” katanya menyuruhku untuk masuk kedalam mobilnya.
“A-tidak
usah. Aku bisa pulang sendiri,”
“Dengarlah
kata-kata dari Kim Heechul,”
Ah,
kata-katanya itu. Kau bahkan tak pernah
mendengar omongan seorang Kim Heechul. Katakan padaku, kau kekasihku
atau bukan?
Seketika
saja aku masuk ke dalam mobilnya dan duduk diam. Ia yang menatapku
hanya tersenyum dan terkekeh kecil. Aku seperti tersihir oleh
ucapannya. Ah, berpikir apa aku ini?!
Ia
melesatkan mobilnya dari tempat itu. Di sepanjang jalan aku hanya
diam dan menjawab seperlunya saja pertanyaan-pertanyaannya. Aku masih
merasa kikuk dengan perlakuan dan perkataannya malam itu.
“Sepertinya
kau berusaha menghindariku,” katanya tiba-tiba.
“Hanya
perasaanmu saja,”
“Benarkah,”
Rupanya ia
menyadari perubahan pada sikapku.
“Besok
apakah kau punya waktu luang?”
“Kenapa
memangnya?”
“Dasar
tidak sopan . Jawablah pertanyaanku dulu baru balik bertanya.”
Katanya sambil sedikit terkekeh kemudian meneruskan, “Aku ingin
mengajakmu bertemu dengan kakakku. Dia ingin tahu seperti apa Kim
Jiyoung,”
Dasar Kim
Heechul babo! Apa dia benar-benar tidak mengerti perasaanku saat ini?
Siapa itu Kim Jiyoung? Aku benar-benar merasa kikuk padanya.
Kemunculannya yang selalu tiba-tiba dan seolah ia hanya punya waktu
untukku meski ia begitu sibuk itu, membuatku kadang berpikir aku
begitu bergantung kepadanya. Dan Oh, aku ini Jung Jiyoung! Jangan
seenaknya mengganti margaku menjadi Kim!
“Aku...
sepulang kuliah besok ada latihan bersama teman-teman cover dance.
Akan ada kompetisi lagi. Jung Ah bilang, kali ini aku dan seorang
partner,” kataku geram.
“Ya sudah,
lain kali saja. Akan memakai gerakan apa lagi? Bersama siapa?”
“Hyun
Ah-Hyun Seung, Troublemaker bersama Junghyun-oppa,”
Kemudian ia
langsung mengerem mobilnya mendadak hingga aku seperti tertarik
gravitasi ke arah depan. Ia diam dan kemudian benar-benar
menghentikan mobilnya. Ia menatapku lama seolah aku ini tahanan yang
harus ia intimidasi.
“Ada apa?”
tanyaku ragu-ragu.
“Kau tidak
boleh melakukannya,” jawabnya sambil mengalihkan pandangannya ke
arah depan.
“Kenapa?”
“Kau tahu
betapa erotisnya gerakan-gerakan itu?” nadanya meninggi.
“Memangnya
kenapa? Tidak ada hukum yang melarang gerakan semacam itu bukan?
Lagipula ini profesi, dan demi prestasiku sebagai cover dancer,”
“Tapi...”
katanya keras namun tidak meneruskan perkataannya.
Aku masih
menunggu kalimat apa yang akan diucapkannya. Ada apa ini, kenapa jadi
sunyi begini? Kenapa ia juga hanya diam?
Deg...
deg... deg...
Aku bahkan
bisa mendengar detak jantungku sendiri.
“Tapi
apa?” kataku memancingnya.
“Tapi aku
tidak rela kalau itu kau.”
Hanya berupa
sebuah kalimat dan sebutan ‘kau’ pada diriku, namun seperti
menghipnotis suara detakan arloji di tanganku. Hanya sebuah tatapan
matanya, namun seperti menghipnotis suara detak jantungku.
“K-ke-kenapa?”
kataku terbata.
“Aku tidak
rela kalau kau harus melakukan gerakan-gerakan erotis macam itu. Aku
tidak rela tubuhmu disentuh-sentuh dan oleh laki-laki lain. Apa kau
tidak mengerti itu?”
Aku hanya
menatapnya lama kemudian melihat tatapan matanya yang seperti itu,
aku mengalihkan pandanganku. Tapi kemudian jemari panjangnya
menyentuh pipiku dan menyuruhku untuk menatapnya.
“Kau masih
belum mengerti juga? Berapa kali harus kukatakan bahwa aku begitu
mencintaimu? Seorang Super Junior Heechul rela terjatuh untukmu,”
Ia
menggenggam tangan kananku erat dan hangat. Kemudian mendekatkan
tanganku ke arah wajahnya. Ia mencium jari-jari tangan kananku.
“A-a-aku...
akan... menolaknya,”
“Apa?”
“Aku akan
menolak project troublemaker itu,”
Ia hanya
menatapku dengan tatapan gembira dan tersenyum lebar. Ia kemudian
memelukku erat dan membisikiku sesuatu.
“Kau
memang manis,”
Apa-apaan
kau Kim Heechul?!
Hanya
perkataannya, hanya tatapan matanya, hanya genggaman tangan darinya,
tapi membuat jantungku seperti mau meledak dan membuat bibirku
mengatakan hal yang berlawanan. Hanya ciuman dari bibirnya, hanya
pelukannya yang hangat, tapi membuatku mau mendengarkan apa yang
diinginkannya.
Bibirku,
lidahku, jantungku, tubuhku, mungkin bukan tidak mencintainya, hanya
tidak siap untuk menerima cinta yang begitu besar darinya. Selama ini
aku hanya menghindar dari perhatian yang tulus darinya. Aku juga
tidak mau kalau nanti aku hanya mengganggu pekerjaannya.
Meski kadang
aku berteriak kasar padanya, atau bersikap tidak sopan padanya, tapi
aku bukan tidak tahu bahwa ada kantung mata hitam di bawah matanya
pertanda ia tidak memiliki cukup waktu untuk tidur. Bukan berarti aku
juga tidak peduli padanya.
Apa aku
benar-benar telah mencintai seorang Kim Heechul?
Tiba-tiba
saja ia memacu mobilnya cepat. Namun bukan kearah apartemen-ku. Mau
dibawa kemana aku?
“Kita mau
kemana?”
“Ke dorm,”
Apa? Apa
ini? Dia mau membawaku menuju dorm Super Junior? Akan jadi apa aku
disana?
“Tenang
saja, sedang tidak ada siapa-siapa disana,”
“Justru
itu yang membuatku berada dalam bahaya tahu!”
“Eh, wae?
Aku tidak akan mengigitmu,”
Rasanya aku
pergi ketempat yang salah. Ya Tuhan, apa yang sebenarnya sedang ia
perbuat, heh? Kenapa tidak ke apartemennya saja? Aku malu kalau harus
ketemu member Super Junior lain ditangan Kim Heechul!
“Kita
sampai,” katanya datar.
Kami keluar
dari mobilnya dan memandang sebuah gedung tinggi. Ia kemudian menarik
tanganku untuk pergi ke arah dalam gedung. Saat sampai di depan
dormnya dan bermaksud membuka pintu, tiba-tiba pintu dibuka dari
dalam.
Super Junior
Eunhyuk!
“Eh,
hyung!” katanya sempat terkejut. Ia memandangku sejenak kemudian
berbalik memandang Kim Heechul, lalu meneruskan perkataannya,
“kekasihmu, hyung?”
“Kalau
saja dia kekasihku, aku tidak akan jungkir-balik seperti ini,”
Ia kemudian
mengulurkan tangannya ke arahku sambil tersenyum. Aku menerimanya dan
balik tersenyum.
“Aku Jung
Jiyoung. Salam kenal,”
“Kalau kau
kenal Kim Heechul, kau pasti juga kenal aku,” katanya sedkit
bercanda.
“Tentu
saja. Aku seorang Everlasting Friend, dan menyukai Dancing Machine,”
kataku jujur.
“Kau yang
terbaik,” katanya memuji.
Kulihat muka
Kim Heechul yang kecut melihatku menikmati pertemuan dengan Super
Junior Dancing Machine.
“Melenceng
jauh dari tipe-mu, hyung. Tapi dia super imut, hehe” katanya kepada
Heechul.
“Diam
kau,”
“Ya sudah,
jiyoung-ssi, heechul-hyung. Aku ada kerjaan, sedang tidak ada
siapa-siapa di dalam, jadi silahkan bersenang-senang,” katanya
sambil berpamitan pergi.
Apa kata
dia? Bersenang-senang? =_=”
Tiba-tiba
Heechul menarik tanganku ke arah dalam. Inikah suasana tempat tinggal
Super Junior berkumpul?
Ia kemudian
menyuruhku untuk duduk di sebuah sofa dan ia sendiri berjalan entah
kearah mana. Beberapa menit kemudian ia kembali dan duduk di
sebelahku sambil membawa dua kaleng soft drink berbeda. Ditangan
kirinya ia pegang kopi, dan ditangan kanannya sebuah orange juice ia
berikan padaku. Aku menerimanya sambil berucap terimakasih. Beberapa
saat suasana sunyi dan aku hanya memandang sekeliling saja.
“Kau,”
katanya tiba-tiba membuatku terkejut, “punya waktu setengah jam?”
Aku
memandang arlojiku dan kemudian berkata, “Uhm, hari ini aku kosong,
jadi kalau Cuma setengah jam...”
Belum aku
menyelesaikan perkataanku, ia langsung menjatuhkan kepalanya di
pangkuanku dan memejamkan matanya. Aku terkejut setengah mati.
“Apa-apaan
kau ini?!”
“Aku lelah
dan ingin tidur. Jadi biarkan aku tidur di pangkuanmu,” katanya
lirih.
Dasar Kim
Heechul babo suka mempermainkan orang!
Meski ia
bilang hanya untuk setengah jam, dan meski ia bilang bangunkan ia
setengah jam kemudian, tapi aku tak melakukannya. Hanya memandang
wajahnya yang sedang tidur saja, aku bisa merasakan kelelahannya.
Pada akhirnya, aku membiarkannya tidur berjam-jam dipangkuanku hingga
aku tidak bisa merasakan kakiku lagi. Dan dalam waktu itu, aku tak
puas-puas untuk selalu memandang wajah tidurnya. Wajahnya saat tidak
berteriak, wajahnya yang tidak tersenyum maupun marah.
Aku merasa
bahwa mungkin perkataanku waktu itu salah. Mungkin dialah
satu-satunya yang aku butuhkan. Bekerja dari pagi sampai pagi lagi,
latihan bersama member lain, dan ia masih punya waktu untuk selalu
mengunjungiku dan menolongku saat aku butuhkan. Tapi yang kulakukan
hanyalah berteriak marah kepadanya dan bersikap tidak sopan. Itu
semua tidak adil, namun justru hanya bersikap kasarlah yang aku pikir
akan membuatnya menjauh dariku yang hanya mengganggunya ini. Tapi dia
adalah Kim Heechul. Seorang Kim Heechul. Seorang mood-maker Super
Junior dan juga pekerja keras.
“Oppa...”
Panggilan
itulah yang ingin selalu ia dengar dariku, namun aku seperti bodoh
dan tidak mau melakukannya. Aku selalu berteriak dan memanggilnya
dengan sebutan kau.
“Oppa, kau
lelah sekali?” kataku lirih sambil mengelus rambutnya yang halus
itu.
Tanpa sadar
aku mendekatkan wajahku pada wajahnya. Aroma kulitnya yang lembut itu
langsung saja merasuk ke dalam hidungku. Ia membuka matanya dan
memergoki wajahku yang berada dekat dengan wajahnya. Aku terkejut dan
buru-buru menjauhkan wajahku darinya, namun kedua tangannya sigap
menahan wajahku tetap disana. Ia bahkan menarik wajahku untuk makin
dekat dengannya. Dan pada waktunya ia benar-benar menempelkan
bibirnya pada bibirku sekilas.
“Kenapa
kau hanya melakukannya pada saat aku sedang tidur,”
“Apa?”
“Kau ingin
menciumku?”
“Jangan
bercanda! Siapa yang...”
Belum sempat
aku menyelesaikan perkataanku, ia dengan sigap segera bangkit untuk
duduk kemudian mengalungkan tangannya pada leherku dan lalu
menekankan bibirnya tepat ke arah bibirku. Aku merasakan sesuatu yang
lembut sedang melumat-lumat bibirku dengan tenang dan perlahan.
Sekilas kurasakan desiran-desiran seperti listrik mengalir deras dari
kepalaku menuju leher.
Jantungku
seperti mau meledak.
Dasar Kim
Heechul babo suka mempermainkan orang!
CKLEEK~
Aku
mendengar suara pintu depan terbuka dan KIM HEECHUL BELUM MELEPASKAN
AKU! Eottokhae?! Aku
berusaha mendorong bahunya dengan kedua tanganku, namun tangannya
yang kelihatannya panjang dan lembut itu justru jauh lebih kuat dari
yang aku duga. Ia bisa menahan kedua tanganku di belakang punggungku
hanya dengan satu tangan kanannya, dan tangan kirinya menahan di
belakang kepalaku.
“Oh, maaf
hyung!” katanya sigap saat melihat kami berdua.
Akhirnya Kim
Heechul melepas bibirnya dari bibirku.
DASAR KIM
HEECHUL BABO SUKA MEMPERMAINKAN ORANG!
“Bisakah
kalian ketuk pintu sebelum masuk?” katanya polos tanpa ekspresi
sementara aku memandang entah kemana karena malu.
Kalian? Apa
yang ia bilang? Mereka lebih dari satu?! Oh, aku ingin tenggelam ke
palung laut atlantik.
“Kami
sudah mengetuknya seribu kali, hyung. Tapi kami pikir hanya ada
heebum, choco dan ddangkko di dorm,”
Donghae,
Kyuhyun, dan Eunhyuk!
“Kau
bilang dia bukan pacarmu, hyung, tapi kau dan dia... barusan...”
“Ah, maaf.
Ini sudah malam, dan kereta terakhir akan segera berangkat. Rasanya
aku harus pulang. Maaf telah mengganggu. Selamat malam,” aku
buru-buru memotong perkataan Eunhyuk sebelum ia sempat melengkapinya
sambil berdiri dari dudukku, mengambil tas dan mantelku kemudian
beranjak cepat dari tempat itu.
Itu juga
karena aku malu setengah mati kepada mereka bertiga! Ah, aku
benar-benar ingin tenggelam di samudra atlantik! Rasanya ingin segera
lenyap saja dari muka bumi. Apa-apaan Kim Heechul itu! Apa-apaan
dia?! Cium-cium orang sembarangan saja!
Ah, dasar
Kim Heechul babo suka mempermainkan orang!
Setelah
melewati elevator dan keluar dari pintu gedung, aku terus berjalan
cepat ke arah stasiun, berharap kereta terakhir belum berangkat,
namun seseorang menarik tanganku dari belakang.
“Tunggu,”
Aku
menghentikan langkahku karena tarikan tangan orang itu seperti punya
kuasa untuk membalikkan tubuhku ke belakang.
“Apa lagi?
Kau sudah puas tidur, dan sekarang aku mau pulang. Kereta terakhir
hampir berangkat beberapa menit lagi,”
“Aku akan
mengantarmu pulang, kereta terakhir sudah berangkat beberapa menit
yang lalu,”
Aku menengok
arlojiku. Ah benar, ini sudah jam duabelas lebih beberapa menit.
Kereta terakhir berangkat jam setengah duabelas.
“Sudah,
ayo cepat,” katanya sambil menarik paksa tanganku.
Ia terus
menarikku hingga masuk ke mobilnya. Selepas aku masuk, ia masuk dari
sisi lain mobil dan kemudian melesatkan mobilnya dengan kencang.
Dasar
Troublemaker! Tengah malam dan ia ngebut! Apa yang ia lakukan?!
“Bagaimana
orang sepertimu bisa dapat SIM?” kataku menggerutu.
Dia hanya
terkekeh kecil dan berkata dengan santai, “Tidak ada yang tidak
bisa dilakukan Kim Heechul,”
Hanya sebuah
percakapan dan setelah itu suasana didalam mobil menjadi sunyi tanpa
suara apapun kecuali suara mesin mobil yang mengerang dibawanya lari
cepat-cepat. Udara dingin diluar tidak berpengaruh ke udara didalam
mobil, namun aku cukup kikuk dengan suasana semacam ini. Tentu saja
aku masih memikirkan kejadian barusan di Dorm Super Junior. Ini
namanya pembunuhan karakter! Oh, Kim Heechul! Kau membuatku ingin
mencekik lehermu dan kemudian menjadikannya hiasan dinding dikamarku!
“Mereka...
tidak bertanya macam-macam kan?” tanyaku ragu-ragu.
“Hah?
Siapa?”
Dia ini!
Lupa atau pura-pura tidak mengerti, hah?! Jadi dia sama sekali tidak
memikirkan dia telah menciumku didepan dongsaengdeul-nya?!
Oh, dia pikir bibirku ini apa? Kim Heechul~~!!
“Lupakan,”
kataku gemas.
Ia terkekeh
kecil kemudian kembali berkata, “Hyukkie, Donghae, dan Kyuhyun?”
Aku diam
dengan muka tertekuk bersemu merah. Mendengar nama mereka bertiga,
rasanya aku ingin keluar dari mobil ini dan masuk ke jurang. Aku malu
setengah mati pada mereka. Apa yang akan mereka pikirkan tentang aku?
“Eunhyuk
tidak mengajukan pertanyaan lain selain pertanyaan yang ia ajukan
sebelum kau pergi,”
Kau
bilang dia bukan pacarmu, hyung, tapi kau dan dia... barusan...
Ah,
mengingat kembali pertanyaan itu sama dengan ingin menggali kubur!
“Sedangkan
Hae dan Kyu hanya menggodaku sambil minta diperkenalkan kepadamu,”
lanjutnya sambil fokus menyetir di jalanan yang saat itu sedang
kosong.
Dasar bodoh!
Mana mungkin aku sanggup bertemu mereka berdua setelah apa yang
mereka berdua telah lihat tentang diriku!
“Kenapa
diam? Biasanya kau akan marah-marah dan mengeluarkan isi hati
seenakmu,”
Aku menghela
nafas kemudian menunduk dan berkata, “A-aku... Aku malu,”
“Malu?
Kepada mereka bertiga? Tenang saja, mereka bertiga bukan tipikal yang
suka menyebar-nyebarkan sesuatu seperti Kangin atau Teuk (? XXD)”
katanya sambil mengacak-acak rambut poniku pertanda ia tidak ingin
aku khawatir.
“Kepadamu
juga,”
Ia kemudian
diam sejenak dan menatapku sekilas-kilas sambil fokus menyetir.
“Kau jujur
sekali,” katanya tersenyum dan kemudian melanjutkan, “Maaf kalau
begitu,”
Eh?
“Maaf
kalau aku membuatmu malu,”
Seorang Kim
Heechul sedang meminta maaf!
“Aku hanya
sangat menyukaimu. Semuanya darimu, aku sangat menyukainya. Rasanya
seperti aku tidak ingin kau lenyap dari hadapanku. Dan, kau tahu,
desiran-desiran yang aku rasakan saat melihatmu atau menyentuhmu, aku
hanya ingin membuat semua itu menjadi milikku seorang,”
Aku
melupakan sebuah hal, bahwa dia adalah seseorang yang posesif. Dan
jantungku rasanya benar-benar mau meledak mendengar perkataannya.
Mungkin ini begitu berat baginya, bahwa ia selalu punya waktu untukku
disela-sela kesibukannya namun aku selalu berbuat kasar dan seolah
menolak kehadirannya. Mungkin sekali-kali ia juga sakit hati kalau
merasa aku tidak menginginkan kehadirannya disampingku.
“Kita
sampai,” katanya membuyarkan lamunanku.
Aku diam dan
masih belum turun hingga ia hanya menatapku dengan heran sementara
aku terus menunduk.
“Aku juga
minta maaf padamu kalau sampai saat ini aku berlaku tidak sopan dan
selalu bersikap kasar padamu... oppa,”
Tentu saja,
mungkin aku harus bersikap sedikit saja lebih manis kepadanya. Aku
bukannya melupakan perlakuannya padaku barusan, tapi aku hanya merasa
aku bersikap tidak adil padanya.
Ia tersenyum
mendengar sebutan yang aku tujukan padanya.
“Lakukan
lagi,”
“Apa?”
“Sesuatu
yang kau lakukan padaku saat aku tidur,”
Dasar Kim
Heechul!
“A-ah,
rasanya... aku... tidak mengingatnya... A, ini sudah malam, aku harus
segera masuk, terimakasih sudah mengantarku,” kataku mengelak
sambil membuka pintu mobilnya.
“Eh, kau
meninggalkan sesuatu,”
“Apa?”
aku menghentikan gerakku dan menengok kearahnya.
“Ini,”
katanya mencium bibirku sekilas.
Aku hanya
meringis sebal padanya sementara ia tersenyum puas. Aku keluar dari
mobilnya dan berlari masuk ke apartemenku.
***
Sepulang
dari Dorm Super Junior aku pulang ke apartemenku dan memutuskan untuk
membuat tubuhku relax dengan mandi air hangat. Selesainya mandi, aku
berpakaian dan memandang ke arah kaca besar di kamar dengan handuk
kecil masih menyelimuti leherku agar air di rambutku tak menetes ke
bajuku.
Hari ini
banyak yang kualami. Semakin manusia bertambah dewasa, semakin banyak
hal-hal gila yang akan mereka pikirkan. Selain memikirkan hal-hal
gila, aku juga banyak mengalami hal-hal gila hari ini.
Aku
memegangi bibirku didepan cermin. Kim Heechul banyak menciumku hari
ini. Tapi dia memang sesukanya sendiri. Pria itu sangat menyukai
skinship dan rasanya aku salah telah mengenalnya. Setiap saat aku
berada didekatnya, seperti ada hawa kriminal menyelimutiku. Kim
Heechul, apa menurutnya aku ini sesuatu yang bisa dipermainkan atau
dia memang serius dengan semua perkataannya, aku tidak tahu. Tapi dia
Kim Heechul. Seorang Mood Maker Super Junior dan pekerja keras, bukan
tipikal orang yang berkata hal yang bukan fakta.
Oh, Kim
Heechul, kau membuatku gila!
Rasanya hari
ini aku lelah sekali.
Sorry
Sorry Sorry Sorry
Naega
naega naega meonjeo
Nege nege
nege ppajyeo
Ppajyeo
ppajyeo beoryeo baby
Shawty
Shawty Shawty Shawty
Nuni
busyeo busyeo busyeo...
Baru
beberapa menit aku memejamkan mataku, ringtone Super Junior Sorry
Sorry berbunyi keras memekakkan telingaku. Siapa tengah malam begini?
Dengan susah
payah aku membuka mataku dan beranjak dari tempat tidur untuk
mengambil ponsel yang ada di atas meja kamarku. Setelah mengambil
ponsel tersebut aku menyentuh pilihan “answer” dilayar touch
screennya dan kemudian menerimanya sambil berbaring ditempat tidur.
“Yoboseyo,”
“Yoboseyo,”
kataku lemas.
“Jiyoung-ah,”
Kim Heechul!
Suaranya tepat ada didepan telingaku.
“Darimana
kau tahu nomor ponselku?”
“Kau
pikir apa yang tidak bisa dilakukan Kim Heechul oh?”
Dasar orang
ini.
“Ada apa
tengah malam begini telepon? Harusnya kau tidur! Kau orang sibuk dan
pekerjaanmu banyak!” kataku mengomel meskipun dengan nada lemas.
“Kau
sedang tidur ya? Suara mengantukmu imut sekali,”
“Siapa
yang tidur, dasar babo!” jawabku berbohong.
Kudengar
kekehan kecilnya diseberang sana dan kemudian ia berbicara
datar,”Tapi aku senang kau mengkhawatirkan
aku,”
“Siapa
yang mengkhawatirkanmu, heh? Aku hanya mengkhawatirkan Elf yang akan
kecewa dengan pekerjaanmu karena kau mengantuk besok!” kataku
berusaha mengelak.
“Kau
manis sekali, hehe. Kau tahu, orang bilang aku banyak bicara, tapi
kalau itu kau, rasanya aku tidak ingin bicara dan ingin terus
mendengar suaramu,”
Dasar Kim
Heechul babo suka mempermainkan orang! Apa dia meneleponku hanya
untuk bicara gombal seperti itu? Oh, apa ini? Aku mendengar suaranya
tepat ditelingaku dan dia bicara seolah-olah aku ini gadis manis yang
luluh dengan semua perkaataannya? Aku tidak ingin luluh tapi aku
merasakan ada beberapa hawa panas menyelimuti pipiku.
“U-untuk
apa kau meneleponku? Aku akan menutup teleponnya!” kataku
mengancam.
“Rasanya
hampa tidak ada kau sebagai bantalku seperti tadi,”
“Sudah
tidur sana! Apa kau tidak lelah?!” kataku mengomel.
Aku tidak
bisa membiarkannya terus bicara kalimat-kalimat yang membuat
jantungku seperti keluar dari dadaku.
“Kau
tega sekali. Ya sudah, kau pasti juga mengantuk. Ah, aku lupa untuk
mengatakan sesuatu,”
“Apa?”
“Selamat
tidur, Jiyeong-ku yang galak. Kau tidak boleh memimpikan yang lain
selain aku!”
Jiyoung-ku?
Bicara bodoh apa dia ini? Aku langsung mematikan telponnya tanpa
menjawab apapun atas kalimat terakhirnya itu.
***
Aku sedang
berusaha menahan sakit luar biasa di perutku tengah malam saat
ringtone Sorry sorry berbunyi
merdu dari ponselku. Aku merasa tubuhku panas dan semua makanan yang
kumakan mendesak-desak keluar. Entah sudah berapa kali aku muntah di
kamar mandi sambil menahan sakit luar biasa diperutku. Susah payah
aku mengangkat tubuhku dari kasur untuk mengambil ponsel di mejaku.
Dengan mata
yang panas, kulihat layar telepon dan kubaca tulisan “Babo heenim”.
Kusentuh tulisan answer di layar touch screen ponselku dan segera
kutempelkan ditelingaku.
“Yoboseyo,”
kataku lemah sambil kembali duduk dikasurku.
“Yoboseyo,”
“Ada apa
menelepon tengah malam begini?” kataku lirih.
“Hanya
ingin. Kau kenapa? Suaramu aneh,”
“Gwaenchana,”
“Jangan
bohong,”
“Aku tidak
bohong,”
“5
menit lagi aku akan sampai disana,”
“Jangan
bercanda,”
Setelah itu
hanya kudengar suara tut tut tut dari ponselku. Ia menutup telponnya
dan aku kembali menahan sakit diperutku. Sakit tidak tertahankan
seperti ini baru kurasakan meski setiap bulanpun aku merasakan sakit
luar biasa.
Beberapa
menit aku berguling-guling dikasurku menahan sakit dan tidak dapat
menutup mataku, kepalaku juga pusing dan kurasakan tubuhku juga
semakin panas. Kemudian kudengar ketukan pintu apartemenku. Keras dan
memaksa.
Perlu
perjuangan keras buatku untuk bangun dari tempat tidur dan berjalan
ke arah pintu. Kuraih kenok pintu dan kubuka pelan-pelan.
Kim Heechul.
Menatapku
dengan hati-hati dari bawah sampai ke rambutku, namun sempat berhenti
di tanganku yang sedang memegangi perutku di bagian bawah. Ia
kemudian memelukku dengan erat. Ia tenggelamkan kepalaku di dadanya.
Aku merasakan nafasnya yang terengah-engah, juga detakan jantungnya
yang sangat kencang, dan wajahnya yang melembab karena keringat. Dia
berlari? Dia habis berlari?
“Kau
baik-baik saja?”
Kalimat yang
ia ucapkan bahkan saat aku tak bilang apapun tentang sakitku, mencuri
semua detak jantungku. Entah kenapa aku merasa pelukannya yang kali
ini menyerap semua panas di tubuhku.
“Suaramu
ditelepon terdengar seperti nenek sihir terkena kutukan. Aku
khawatir,”
Perumpamaannya
yang terdengar aneh itu membuatku sedikit terkekeh. Tempat-tempat
dihatiku yang seharusnya tak dijamah oleh orang-orang, terjamah oleh
seorang Kim Heechul.
***
“Jaga pola
makanmu, dasar bodoh!” teriak Kim Heechul begitu aku membuka mataku
pagi ini.
Apa? Kenapa
pagi-pagi begini ada Kim Heechul di apartemenku? Kenapa dia? Dan
kenapa? Oh apa ini?
Ia duduk
disampingku sambil menatapku tajam. Matanya sedikit sayu dan wajahnya
memucat, seperti orang kekurangan tidur. Namun nada bicara tingginya
masih tetap sama.
“Mianhae,”
“Kau
pingsan semalam, kukira aku akan mati, dasar Jiyoung babo!”
Dia ini
bodoh atau gila? Aku yang pingsan, kenapa dia yang mati?
“Aku yang
pingsan, kenapa jadi kau yang mati?”
“Kalau kau
mati, aku tidak akan hidup. Oh Jiyoung babo, berapa kali harus
kubilang oh? Berapa kali Kim Heechul harus mengatakannya? Aku sangat
menyayangimu! Kau tahu apa artinya itu? Itu artinya, yang kau
rasakan, aku merasakannya juga, babo!”
Aku rasa dia
benar-benar marah padaku. Marah karena khawatir padaku? Dia gila atau
bodoh? Sampai kapan dia bermaksud untuk menghentikan jantungku?
Kenapa dia selalu membuatku merasa bergantung padanya?
Semalam ia
benar-benar datang hanya dalam hitungan menit menuju apartemenku.
Aku juga merasakan nafasnya yang tersengal-sengal semalam. Aku yakin
sekali dia berlari-lari dari depan gedung apartemen hingga ke
ruanganku.
Aku
menatapnya tapi kemudian tak sanggup melihat wajahnya yang lurus
menghadap kearahku. Aku mengalihkan pandangan. Apa yang harus
kulakukan? Apa yang harus kukatakan kepada namja bodoh satu ini?
“Apa kau
menungguiku semalaman?”
“Aku
bahkan harus memaksa 14 dokter untuk datang kemari tengah malam! Dan
cuma satu yang bisa datang. Aku hampir mati khawatir padamu, kau tahu
itu?!”
Apa yang
harus kuperbuat? Apa yang harus kukatakan kepada Kim Heechul?
Aku bangkit
dan duduk dikasurku meski lemas karena dehidrasi masih menyelimuti
tubuhku, dan spontan memeluk Kim Heechul. Aku memeluknya erat dan
menenggelamkan diriku dipelukannya.
“Oppa...”
kataku lirih.
Kurasakan
tangan Kim Heechul kemudian membalas pelukanku dan nafasnya yang tadi
tertahan, ia hembuskan dengan pelan. Meski mulutku masih kikuk untuk
memanggilnya dengan sebutan manis seperti itu, tapi demi semua yang
diperbuat oleh Kim Heechul...
“Apa...
kau bisa... memaafkan semua kebodohanku?”
“Apa
maksudmu?” nadanya merendah.
“Aku
selalu berteriak dan marah-marah padamu, tapi aku selalu
menyusahkanmu. Kau bekerja seharian, kau sibuk sebagai member Super
Junior, tapi aku selalu bergantung padamu. Ini tidak adil buatmu...
oppa,” kataku didalam pelukannya.
Apa yang
bisa kuperbuat untuknya?
“Bad
Girl,” katanya sambil kudengar kekehan
kecilnya.
“Mungkin
aku memang buruk,”
“Kau
terlalu manis, Jiyeong-ah,” katanya mengelak ucapanku sambil
melepas pelukannya kemudian meneruskan, “Kau Bad Girl, karena saat
kau bersikap manis, aku jadi tidak bisa menahannya,”
“Menahan
apa?”
Sesaat aku
merasa aku tahu apa yang selanjutnya akan ia lakukan.
“Ini,”
katanya mengecup bibirku sekilas.
Desiran
listrik itu kembali datang. DASAR KIM HEECHUL BABO SUKA MEMPERMAINKAN
ORANG!
Aku meringis
sebal sementara Kim Heechul tersenyum puas.
***
Aku memencet
tombol kontak Babo Heenim di ponselku dengan ragu-ragu. Kutempelkan
ditelingaku, namun begitu terdengar suara tut satu kali, aku
menutupnya kembali. Aku tidak yakin apakah aku harus menelepon Kim
Heechul. Kuremas-remas ponselku dengan kedua tanganku. Aku merasa
harus melakukan sesuatu untuknya, tapi untuk meneleponnya saja aku
tidak yakin! Eomma,
apa yang harus kulakukan?
Aku
membolak-balik ponsel ditanganku, tapi kemudian ponselku bergetar
hebat pertanda signal telepon dari seseorang masuk ke ponselku.
Kubaca tulisan dilayar ‘Babo Heenim’. Dia menelepon balik.
Kuangkat telepon itu pelan-pelan dan kutempelkan ditelingaku.
“Yoboseyo,”
“Yoboseyo,”
“Ada apa
menelepon?” kataku bodoh.
“Harusnya
aku yang bertanya seperti itu, Babo. Kau meneleponku duluan!”
“Aku salah
memencet tombol!” kataku berbohong.
Oh, Jiyoung
babo, apa yang kau lakukan?
“List
kontakku ada di nomer pertama di ponselmu, jangan bodoh. Kau pasti
berbohong,”
Aku menghela
nafas dan bermaksud mengatakan niatku,”Kau ada dimana, oppa?”
“Waeyo?
Kau ingin bertemu denganku?”
Kim Heechul,
kenapa aku merasa kau tahu segalanya tentangku?
“Jangan
balas pertanyaan dengan pertanyaan, Kim Heechul babo!” kataku geram
karena ia langsung tahu maksudku.
“Ahaha,
kalau ingin bertemu, datang saja ke dorm nanti malam, aku masih ada
kerjaan sampai jam 10 malam nanti. Atau aku saja yang menemuimu? Oh,
bagaimana perutmu? Sudah baikan? Apa perlu bayi? Kalau begitu
menikahlah denganku,”
Orang ini
cerewet sekali =_=” Bicara bodoh apa dia?!
“Jangan
bercanda! Tidak lucu!” kataku dengan nada tinggi. Kurasakan hawa
panas menyelimuti pipiku.
“Ohoho,
kau sudah bisa marah, berarti kau baik-baik saja. Jadi aku yang
datang atau kau mau ke dorm?”
Dia tidak
tidur menungguiku semalam, dan ia langsung bekerja dari pagi sampai
malam nanti? Orang macam apa dia masih sempat berpikir hal-hal tidak
penting?
“Biar aku
saja yang datang. Kau pasti lelah,” kataku ragu-ragu mengatakannya.
“Apa
tidak terlalu malam? Aku saja yang datang,”
“Jangan
cerewet! Kau sendiri yang memberiku pilihan!” kataku langsung
menutup telponnya.
Semua
kata-kata yang keluar dari mulutnya membuat jantungku ingin keluar
dari dalam tubuhku. Oh, apa ini? Aku merasa aku bisa hidup sampai 200
tahun hanya dengan perasaan-perasaan seperti ini, hanya karena namja
seperti Kim Heechul!
Apa Kim
Heechul benar-benar mengambil semua tempat dihatiku, atau aku sekedar
merasa bersalah padanya. Apa aku benar-benar jatuh untuk Kim Heechul,
atau aku sekedar luluh dengan semua perlakuannya. Aku tidak tahu yang
mana macam perasaanku ini. Tapi hanya mengingat ekspresi wajahnya
saja, aku merasa sesuatu seperti kembang api membuncah di wajahku.
Hanya mendengar suaranya saja, aku merasa ada sepuluh ribu volt
listrik naik dengan cepat dari kaki menuju ubun-ubunku. Hanya tahu ia
ada disampingku, aku merasa mungkin jantungku akan terus hidup meski
aku mati nanti.
Oh,
perasaan-perasaan macam ini membuatku GILA!
Kurasa aku
harus memberi sedikit hiburan untuknya. Apa yang harus kubuat?
***
Aku berjalan
pelan dari depan gedung menuju dorm Super Junior. Tidak dengan tangan
kosong, aku membawa beberapa makanan buatanku untuknya. Hanya sebatas
ini aku bisa membuatnya sedikit memaafkanku. Mungkin ia tak pernah
keberatan dengan sifat bodoh dan keras kepalaku, tapi tetap saja
bagiku, selama ini hanya bisa berteriak dan berbuat kasar padanya.
Aku menekan
tombol lift menuju lantai tempat dorm berada dan kemudian masuk ke
dalamnya. Pintu elevator terbuka di lantai dorm.
“Oh,
Jiyeong-yang,”
panggilnya spontan didepan elevator saat aku keluar.
Lee Hyukjae.
Super Junior Eunhyuk.
“Eunhyuk-ssi,”
kataku menundukkan kepalaku padanya sekilas.
“Mau
bertemu Heechul-hyung?” katanya tersenyum menggodaku.
“Hanya
kebetulan lewat,”
Ia terkekeh
kecil kemudian berkata,”Tidak usah malu-malu. Masuk saja ke dorm,
hanya ada dia disana,”
Aku hanya
tersenyum kikuk mendengar godaannya macam itu. Ia kemudian melihat
sesuatu yang kubawa, sebuah tas makanan.
“Lain
kali, buatkan juga untuk seisi dorm, kau tahu, semacam masa
orientasi, hehe” katanya lagi.
“Tentu
saja,”
“Ya sudah,
aku ada urusan, silakan datang ke dorm, masuk saja,” katanya
beranjak masuk ke elevator.
Aku terus
berjalan menuju tempat yang kutuju. Sesampai didepan pintu, aku ragu
untuk mengetuknya. Apa aku harus datang ketempat ini ya?
Aku
mengangkat tangan kananku untuk mengetuk pintu, namun sesaat sebelum
aku mengetuk pintu, aku mendengar percakapan dari dalam. Meski
suaranya tak begitu jelas, namun suasana yang sepi dan dingin membuat
suara itu jelas sebagai percakapan.
Eunhyuk-oppa
bilang tidak ada siapapun di dorm. Mungkinkah ada orang lain?
“Jangan
membuat lelucon,”
Ah, itu
suara Kim Heechul! Dia sedang bertengkar? Suara-suara semacam itu
membuatku penasaran. Eunhyuk-oppa bilang tidak apa untuk masuk saja.
Aku membuka pintu perlahan, memastikan tidak ada suara yang kubuat.
Ruangan sempit sebelum ruangan utama juga kulewati dengan sunyi. Aku
membuka pintu berikutnya perlahan.
“Aku
sedang tidak dekat dengan wanita manapun!”
Suara
Heechul-oppa lagi. Aku memutuskan untuk mengintip sebelum benar-benar
masuk ke ruangan. Sekilas aku melihat dua orang sedang bermesraan.
Kim Heechul.
Kau benar-benar membuatku gila.
Kuputuskan
untuk menutup pintu itu perlahan kemudian keluar dari dorm. Sempat
kutulis sebuah memo kecil dan kutinggalkan di tas makanan yang
kubawa. Aku memutuskan untuk tetap memberikan makanan itu kepadanya,
namun tanpa bertatap muka langsung padanya.
Kurasakan
ada hawa panas dari kepalaku menuju kaki tapi menetap dii mataku. Aku
jatuh cinta kepada Kim Heechul? Jangan bercanda! Ini tidak lucu, Kim
Heechul. Cassanova itu membuatku gila! DASAR KIM HEECHUL BABO SUKA
MEMPERMAINKAN ORANG.
Aku berlari,
ingin pergi jauh dari tempat itu.
***
Aku duduk di
sebuah taman. Malam-malam begini. Berpikir tentang semua kebodohanku.
Aku cemburu dan sakit hati. Memangnya kenapa? Kalau tahu Kim Heechul
mempermainkan aku seperti ini, aku tidak akan bermanis-manis sseperti
itu. Tapi aku juga tidak mau menangis karena namja bodoh itu lagi.
Bukan dia yang salah, tapi aku yang bodoh.
Tiba-tiba
kurasakan ponselku bergetar hebat pertanda telepon masuk. Kubaca
tulisan “babo heenim” di layar ponselku. Kuputuskan untuk tetap
mengangkatnya seolah tak terjadi apapun.
“Yoboseyo,”
“Yoboseyo,
Jiyeong-ah. Kau dimana?”
“Disuatu
tempat,”
“Babo-ya!
Jangan meninggalkan makanan untukku tanpa menemuiku! Kau bilang akan
ke dorm! Dan apa-apaan memo yang kau tinggalkan ini oh? ‘Heechul-ssi,
maafkan aku. Tiba-tiba saja aku tidak ingin datang. Terimakasih telah
menjagaku saat aku sakit. Jung Jiyeong,’. Apa maksudmu?Sejak kapan
kau jadi memanggilku dengan sebutan ‘ssi’?!” teriaknya
di seberang telepon.
“Aku
mengantuk. Jadi makanan itu hanya kutinggalkan didepan dorm. Maaf,
aku harus segera menutup telponnya,”
“Ya!
Jelaskan semuanya padaku! Aku tidak mengerti! Oh, Jung Jiyeong babo!
Kau dimana? Biar aku kesana. Tunggu disitu!”
“Berhenti
berteriak padaku Kim Heechul!! Dan jangan menemuiku dulu!” teriakku
geram kemudian menutup telponku.
Kubuka case
tutup ponselku dan kukeluarkan baterai dari dalamnya. Ia pasti akan
meneleponku lagi kalau aku tetap mengaktifkannya. Aku menghela nafas
panjang.
“Tidak
baik seorang yeoja teriak-teriak seperti itu malam-malam begini,”
kata seseorang mengagetkanku.
“Oh,
Junghyun-sunbae,”
Ia kemudian
duduk disebelahku, aku menggeser dudukku agar memberinya tempat lebih
untuknya.
“Kau
kenapa?” tanyanya sambil menatapku.
“Hanya
masalah kecil,”kataku terkekeh kecil tidak ingin ia tahu masalahku,
kemudian kuteruskan, “Oh iya, sunbaenim. Apa project Troublemaker
itu sudah diisi orang lain?”
“Belum,
kenapa memangnya?”
“Kalau
begitu ijinkan aku jadi partnermu dalam dance troublemaker itu,”
Ia tersenyum
girang kemudian menjawab, “Tentu saja. Kau dancer terbaik di group
kita!”
Setelah
pertemuanku dengan Junghyun-sunbae malam itu, aku langsung pulang,
tak ingin bertemu siapapun apalagi Kim Heechul. Kurasa aku perlu
menenangkan pikiranku dulu.
***
Suara
getaran ponsel menjadi semakin keras saat ia berada di atas meja dan
cukup untuk membangunkanku dari tidurku minggu pagi ini. Aku tak
sempat membaca siapa nama di layarku karena masih setengah sadar.
Langsung saja kuangkat telepon itu.
“Ya
Jiyeong babo! Kenapa semalam ponselmu tidak aktif!” teriaknya
dari seberang telepon.
Kim Heechul
lagi. Aku masih belum sanggup untuk menemuinya dengan muka datar.
Meski ditelepon aku berlagak seolah tak terjadi apapun, tapi saat aku
mengetahui ekspresi wajahku di kaca, itu membuatku gila. Semua
kalimat yang kuucapkan membuatku sesak sendiri. Seperti ada yang
mendesak-desak keluar dari dadaku namun aku tak sanggup untuk
mengeluarkannya dalam bentuk kata-kata maupun ekspresi.
“Maafkan
aku,”
“Nanti
sore kau ada acara? Aku akan menemuimu dan meminta penjelasan
darimu,”
“Nanti
sore aku harus latihan untuk project troublemaker,” kataku datar.
“Apa-apaan
kau?! Kau bilang kau akan menolaknya!”
“Aku
berubah pikiran.” Kataku datar kemudian menutup telponnya dan
kembali mengeluarkan baterai dari dalam ponsel agar Kim Heechul
berhenti meneleponku.
***
Aku berada
di studio latihan group cover dance kami. Hanya aku dan
Junghyun-sunbaenim. Kami akan mengikuti kompetisi dance cover
Troublemaker. Kami sedang melakukan pemanasan ketika dia, Kim
Heechul, tiba-tiba saja muncul dan menarikku keluar.
“Aku perlu
bicara denganmu,” katanya datar sambil menarik tanganku keluar.
Aku berontak
dan berusaha melepas tanganku dari genggamannya. Junghyun-sunbae juga
membantuku.
“Lepaskan
aku!” berontakku.
Tahu
Junghyun-sunbae bermaksud membantuku, Kim Heechul berbicara dengan
nada tinggi, “Lepaskan Jiyoung,”
“Kau yang
lepaskan!” kata Junghyun-sunbae.
“Aku akan
membunuhmu kalau kau menyentuhnya,” bantahnya dengan tatapannya.
Mendengar
perkataan Kim Heechul, kemudian Junghyun melepaskan aku dan
membiarkanku dibawa oleh Kim Heechul. Aku diam tanpa kata, merasakan
kuatnya genggaman tangan Kim Heechul pada tanganku. Begitu sampai
didepan mobilnya, ia melepaskan genggaman tangannya.
“Darimana
kau tahu tempat latihanku?” kataku sambil memegangi pergelangan
tangan yang sakit karena genggamannya.
“Kau pikir
apa yang tidak bisa dilakukan Kim Heechul?”
Aku diam.
Benar. Dia adalah Kim Heechul. Tidak ada yang tidak bisa
dilakukannya. Saat ia bilang sesuatu harus ia lakukan, maka dengan
cara apapun akan ia lakukan.
“Ya Jung
Jiyeong! Kenapa kau menghindariku oh?!” teriaknya kemudian.
“Hanya
perasaanmu saja. Untuk apa aku lakukan itu?” bantahku.
“Kau
bahkan tidak mengaktifkan teleponmu seharian! Apa namanya kalau bukan
menghindariku? Dan kenapa kau berubah pikiran soal Troublemaker
itu?!” teriaknya.
Suasana saat
itu sedang sepi dan tak ada siapapun disana, hingga yang masuk
ketelingaku hanyalah teriakannya. Teriakannya yang seperti meminta
penjelasanku atas semua yang kulakukan.
“Yang kau
lakukan saat aku meneleponmu hanyalah menutup telponnya kemudian
mematikan ponselmu. Kenapa kau tidak menginginkan kehadiranku oh?!!
Seberapa besar kau membenciku sebenarnya?! Aku benar-benar khawatir
padamu saat kau sakit, aku benar-benar memikirkanmu, dan hanya sifat
kasarmu yang bisa membuatku tersenyum saat aku lelah dengan
pekerjaanku tapi...”
“Wae
geurae?!!” potongku dengan tatapan miris
kepadanya kemudian meneruskan, “Memangnya siapa kau bisa melarangku
ini dan itu? Aku juga tidak pernah melarangmu untuk melakukan hal
semaumu! Kau dekat dengan banyak wanita, apa aku pernah
melarangnya?!! Jangan permainkan aku!! Itu tidak lucu!! Kau berkata
semua hal-hal yang bisa membuatku terjatuh, kau bahkan menyentuhku
semaumu, menciumku semaumu!! Aku selalu mengelak kalau aku telah
jatuh cinta padamu, tapi yang kau lakukan hanyalah membuatku semakin
gila! Kau membuatku mengelak dan berusaha mencintaimu pada saat
bersamaan!! Oh, eottohkae?!
Kau bahkan adalah namja pertama
yang membuatku menangis!! Tertawakan aku semaumu!! Tapi jangan
permainkan aku!! Ini pilihan yang buruk. Sebelum kau masuk kedalam
hidupku, aku tidak pernah berpikiran seperti ini dan menjadi gadis
normal. Kau pembuat masalah! Tapi aku bahkan menyukai sifatmu yang
pembuat masalah itu! Ini pilihan terburuk dalam hidupku! Kenapa aku
harus jatuh cinta padamu oh?! Aku bahkan mengabaikan teror-teror dari
penguntitmu di akun mini homepageku!! ” kataku tak bisa menahan
semuanya. Aku bahkan menangis dihadapannya.
“Soal
kejadian malam itu benar? Jangan kau kira aku benar-benar mengatakan
semua itu dan bermesraan dengannya. Dengarkan aku! Dia wanita
berbahaya! Dia bisa melakukan apapun padamu kalau aku bilang aku
dekat dengan seorang wanita! Tapi aku sudah membuatnya menjauh
dariku,”
“Jangan
bicara! Jangan bicara Kim Heechul!! Semakin aku mendengar suaramu,
semakin aku ingin membunuh diriku sendiri!!” kataku beranjak.
Aku
bermaksud pergi dari hadapannya, namun tangannya yang panjang itu
berhasil menangkap pergelangan tanganku.
“Dengarkan
aku!! Kau harus percaya!!”
“Beri aku
waktu, apa aku harus percaya kepada troublemaker sepertimu atau
tidak!!” kataku menghentikan langkahku sejenak kemudian berlari
menjauh dari tempat itu.
Dia tidak
mengejarku. Sama sekali tidak mengejarku.
***
Aku tengah
mengeringkan rambutku malam-malam sehabis mandi saat telepon telah
berbunyi 9 kali lebih. Telepon kesepuluh aku baru menyadarinya dan
kemudian menyadari ada nomor asing masuk ke ponselku. Aku
mengangkatnya.
“Yoboseyo,
aku Jung Jiyeong. Anda siapa?”
“Jiyeong-yang!
Ini aku, Eunhyuki~”
“Oh,
Eunhyuk-ssi, ada apa?”
“Heechul-hyung,”
“Kenapa
dia?”
Apa? Aku
begitu mengkhawatirkannya sekarang?
“Dia
cedera dan ada dirumah sakit, tapi kami dan manajer-hyung benar-benar
tidak bisa bersama dia saat ini. Bisakah kau menolong kami,
Jiyeong-yang?”
“Aku tidak
yakin,” kataku ragu.
Kenapa lagi
Kim Heechul? Cedera apa lagi dia?
“Ya sudah,
aku juga tidak bisa memaksamu. Hanya saja, hyung sedang tidak ingin
sendirian saat ini. Ya sudah, maaf telah mengganggumu. Selamat
malam,”
“Selamat
malam,” kataku sambil menutup teleponnya.
Aku menghela
nafas. Berpikir apa yang harus aku lakukan. Haruskah aku pergi kesana
dan melupakan semuanya atau mengabaikannya seolah tidak terjadi
apapun. Apa aku harus memutuskan untuk percaya semua perkataannya
waktu itu atau harus mengeraskan hatiku?
Tapi aku
begitu khawatir padanya!
[Kau
bahkan tak pernah mendengar omongan seorang Kim Heechul. Katakan
padaku, kau kekasihku atau bukan? Kenapa kau begitu membenciku?]
[Jangan
salah paham. Kau bad girl, karena saat kau bersikap manis, aku jadi
tidak bisa menahannya lagi]
[Dengarlah
kata-kata dari Kim Heechul]
[Seberapa
besar kau membenciku sebenarnya]
[Kau
menyukai Kim Heechul! Kau mencintainya]
[Aku
tidak rela kalau kau harus melakukan gerakan-gerakan erotis macam
itu. Aku tidak rela tubuhmu disentuh-sentuh dan oleh laki-laki lain.
Apa kau tidak mengerti itu?]
[Aku
lelah dan ingin tidur. Jadi biarkan aku tidur di pangkuanmu]
[Aku
hanya sangat menyukaimu. Semuanya darimu, aku sangat menyukainya.
Rasanya seperti aku tidak ingin kau lenyap dari hadapanku. Dan, kau
tahu, desiran-desiran yang aku rasakan saat melihatmu atau
menyentuhmu, aku hanya ingin membuat semua itu menjadi milikku
seorang]
[Aku
hampir mati khawatir padamu, kau tahu itu?!”]
Kalimat-kalimatnya
seperti menggema dikepalaku. Menyuruhku untuk segera menghampiri Kim
Heechul.
Oh, Kim
Heechul. Kau membuatku gila. Kenapa aku bahkan tak bisa benar-benar
marah padamu oh?
Aku segera
menyiapkan mantel dan tasku, kemudian mengirim pesan kepada
Eunhyuk-oppa. Memutuskan untuk mengabaikan semua pikiran-pikiran
burukku, percaya kepada semua kata-kata Kim Heechul.
Namja Babo
itu membuatku gila.
***
Ia menatapku
tanpa berkedip. Tak bergerak sedikitpun. Seperti melihat hal yang tak
pernah ia lihat sebelumnya. Sementara aku masih tersengal-sengal
karena berlari-lari menghampirinya. Beberapa saat kemudian, ia bangun
dari tempat tidurnya dan duduk, kemudian memelukku erat dengan cepat.
“Ini benar
kau, Jiyeong?,” katanya lirih sambil memelukku.
“Kim
Heechul, kau membuatku gila,”
Kudengar
kekehan kecilnya di bahuku.
“Percayalah
semua perkataanku sekarang,”
“Kenapa
aku bahkan tak bisa benar-benar marah padamu? Kenapa aku bahkan tak
bisa tak benar-benar memikirkanmu? Apapun yang aku katakan, kenapa
aku tak bisa benar-benar mengabaikan kata-katamu? Kenapa aku bahkan
memilih untuk mempercayai semua kata-katamu?”
“Dasar
Jung Jiyoung babo. Itu karena kau mencintaiku, bodoh,” katanya
masih belum melepaskan pelukannya.
“Aku
merasa aneh saat kau menyentuhku, tapi aku bahkan merasa kesepian
saat kau meninggalkanku. Kau tersenyum manis, tapi itu bahkan sangat
menggangguku saat kau kau melakukannya untuk wanita lain. Kenapa aku
bahkan memilih orang sepertimu? Dan kenapa bahkan sekarang aku begitu
mengkhawatirkanmu? Ini perasaan terburuk yang aku miliki. Aku hampir
mati khawatir padamu, meski aku sempat ragu apa aku harus
menghampirimu atau meninggalkanmu. Tapi aku begitu mengkhawatirkanmu.
Aku bahkan tak tahu harus berkata apa saat melihatmu di tempat tidur
rumah sakit. Apa aku harus bertanya apa kau baik-baik saja, atau
berkata aku mencintaimu dan jangan pergi dengan wanita lain,”
Aku tak bisa
menahan air mataku. Aku begitu khawatir padanya, meski aku sempat
ragu harus menghampirinya atau meninggalkannya. Aku hampir mati
khawatir padanya. Aku bahkan sempat berpikir kalau ia mempermainkan
aku? Berpikir apa aku tentang Kim Heechul? Aku memikirkan hal
terbodoh saat ia meninggalkanku.
“Uljima.
Jangan menangis,” katanya mendengar sedikit senggukanku sambil akan
melepaskan pelukannya.
Namun aku
tak ingin melepaskan pelukannya.
“Jangan
lihat aku-yang seperti ini! Aku-bahkan menangis-hanya
karena-mengkhawatirkanmu,”
Aku mengelap
air mataku sebelum aku benar-benar melepas pelukanku dan berani
menatap Kim Heechul. Ia menatapku.
“Kau
baik-baik saja?” tanyaku padanya.
Ia
mengangguk kecil, terkekeh dan berkata, “Kau pikir apa yang bisa
terjadi dengan Kim Heechul?”
Ia kemudian
menyentuh kedua pipiku dengan kedua tangannya, kemudian menciumnya
satu persatu dengan perlahan.
“Ini
karena aku merindukanmu,”
Kemudian ia
mencium keningku dengan lembut.
“Ini
karena kau berpikir hal bodoh saat aku tidak ada,”
Ia lalu
mencium kedua kelopak mataku bergantian dan perlahan. Bisa aku cium
aroma tubuhnya yang khas, aroma pelukannya yang khas.
“Ini
karena kau bahkan menangis karena aku,”
Ia kemudian
menatapku lama yang masih terpukau atas perlakuannya padaku.
“Dan yang
satu ini karena kau berkata hal-hal manis padaku hari ini,”
Ia masih
menyentuh kedua pipiku dengan jari-jarinya yang panjang dan lentik,
kemudian menempelkan bibirnya yang lembut itu ke arah bibirku.
Kurasakan nafasnya yang menempel pada pipiku. Nafasnya yang mencuri
semua kekuatanku untuk berontak. Nafasnya yang membuatku tak bisa
berbuat apapun. Semakin dalam ia mencium bibirku, semakin dalam pula
desiran-desiran aneh yang kurasakan di seluruh tubuhku. Tidak ada
suara apapun. Hanya nafasnya dan detak jantung. Detak jantungku atau
detak jantungnya, aku tidak tahu.
Beberapa
saat kemudian ia melepas ciumannya dan menatapku.
“Jiyeongireul
saranghanda,”
Hanya
mendengar namaku di antara kata-katanya, hanya kata kerja yang
mengenaiku, mampu membuat jantungku berdetak jauh lebih cepat dan
kencang.
Perasaan
yang aku sesali karena aku tak menyadarinya dari dulu, membuat aku
yang sekarang terlihat bodoh. Aku sempat salah paham dan kecewa
padanya, tapi aku bahkan memilih untuk mempercayainya. Mempercayai
semua kata-kata yang keluar dari mulutnya. Aku mencintai seorang Kim
Heechul yang babo dan suka mempermainkan orang itu. Aku mencintai
troublemaker itu. Aku begitu mencintainya.
***
_SJ
TROUBLEMAKER_ END~